-->

Iklan

Ogn 2017 Sd Bahasa Indonesia Bahan Sejarah, Kedudukan, Fungsi, Dan Ragam Bahasa Indonesia


A.  SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia yang digunakan kini berasal dari bahasa Melayu. Bahasa tersebut semenjak usang digunakan sebagai bahasa mediator (lingua franca) atau bahasa pergaulan, tidak hanya digunakan di Kepulauan Nusantara, tetapi digunakan hampir diseluruh Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya prasasti-prasasti kuno yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu.

Secara resmi, bahasa Indonesia dikumandangkan pada insiden Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Peresmian nama bahasa Indonesia tersebut bermakna politis lantaran bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat usaha oleh kaum nasionalis yang sekaligus bertindak sebagai perencana bahasa untuk mencapai Negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Peresmian nama itu juga membuktikan bahwa sebelum insiden Sumpah Pemuda itu nama bahasa Indonesia sudah ada. Fakta sejarah menawarkan bahwa sebelum tahun 1928 telah ada gerakan kebangsaan yang menggunakan nama “Indonesia” dan dengan sendirinya pada mereka telah ada suatu konsep wacana bahasa Indonesia.

Bahasa Melayu sebagai salah satu bahasa di kepulauan Nusantara sudah semenjak usang digunakan sebagai bahasa perhubungan. Sejak era ke-7 Masehi, bahasa Melayu atau lebih tepatnya disebut bahasa Melayu kuno yang menjadi cikal bakalnya telah digunakan sebagai bahasa perhubungan pada zaman kerajaan Sriwijaya. Selain sebagai bahasa perhubungan, pada zaman itu bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, bahasa perdagangan, dan sebagai bahasa resmi kerajaan. Bukti-bukti sejarah menyerupai prasasti Kedukan Bukit di Palembang bertahun 684, prasasti Kota Kapur di Bangka Barat bertahun 686 , prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi bertahun 688 yang bertuliskan PraeNagari dan berbahasa Melayu kuno memperkuat dugaan di atas. Selain itu, prasasti Gandasuli di Jawa Tengah bertahun 632 dan prasasti Bogor bertahun 942 yang berbahasa Melayu Kuno membuktikan bahwa bahasa tersebut tidak saja digunakan di Sumatra, tetapi juga digunakan di Jawa.

Faktor-faktor yang mendorong bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional Pada tahun 1928, jumlah penduduk Indonesia sekitar 60 juta orang. Dari jumlah tersebut, penutur bahasa Melayu 4,9%, penutur bahasa Jawa 47% penutur bahasa Sunda 14,5% dan sisanya penutur bahasa-bahasa tempat lain. Beberapa alasan lain yang mendorong dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan ialah sebagai berikut.

1. Bahasa Indonesia sudah merupakan lingua franca, yakni bahasa perhubungan antaretnis di Indonesia.

2. Walaupun jumlah penutur aslinya tidak sebanyak penutur bahasa Jawa, Sunda, atau bahasa Madura, bahasa Melayu mempunyai tempat penyebaran yang sangat luas dan yang melampaui batas-batas wilayah bahasa lain.

3. Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara lain sehingga tidak dianggap sebagai bahasa absurd lagi.

4. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana sehingga relatif gampang dipelajari.

5. Faktor psikologis, yaitu adanya kerelaan dan keinsafan dari penutur bahasa Jawa dan Sunda, serta penutur bahasa-bahasa lain, untuk mendapatkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.

6. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk sanggup digunakan sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

B.  KEDUDUKAN BAHASA INDOENSIA

Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu:

1.    Sebagai Bahasa Nasional

Ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 berbunyi:

1. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku rbanagsa yang satu, bangsa Indonesia.

3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Kata „menjunjung‟ dalam KBBI antara lain berarti memuliakan, menghargai, dan menaati (nasihat, perintah, dan sebaginya.). Ikrar ketiga dalam Sumpah Pemuda tersebut menegaskan, bahwa para perjaka bertekad untuk memuliakan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Pernyataan tidak merupakan akreditasi “berbahasa satu”, tetapi merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia (Halim dalam Arifin dan Tasai, 1995: 5). Ini berarti pula bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional yang kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.

2.    Sebagai Bahasa Negara

Sebagai bahasa Negara, kedudukan tersebut dikukuhkan sehari sehabis kemerdekaan RI dikumandangkan atau seiring dengan diberlakukannya konstituasi Undang-Undang Dasar 1945. Bab XV Pasal 36 dalam Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.



C.  FUNGSI BAHASA INDONESIA

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

1. Lambang pujian kebangsaan

Sebagai lambang pujian kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar pujian ini, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan serta rasa pujian memakainya senantiasa kita bina.

2. Lambang identitas nasional

Pada fungsi ini, bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera dan lambang Negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah harus mempunyai identitasnya sendiri pula sehingga ia harmonis dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia sanggup mempunyai identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga higienis dari unsur-unsur bahasa lain.

3. Alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya

Berkat adanya bahasa nasional, kita sanggup berafiliasi satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai tanggapan perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita sanggup bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.

4.             Alat yang memungkinkan penyatuan banyak sekali suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam fungsi ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa tempat yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu kita sanggup meletakkan kepentingan nasional jauh di atas kepentingan tempat atau golongan.



Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

1. Bahasa resmi kenegaraan

Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia digunakan di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk ekspresi maupun tulisan. Termasuk ke dalam kegiatan-kegiatan itu ialah penulisan dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.

2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan

Pada fungsi kedua ini, bahasa Indonesia dijadikan sebagai pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak hingga sekolah tinggi tinggi.

3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

Di dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia digunakan bukan saja sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.

4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada fungsi ini, bahasa Indonesia ialah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina dan menyebarkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia mempunyai ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai social budaya nasional kita (Halim dalam Arifin dan Tasai, 1995: 11-12).



RAGAM BAHASA INDONESIA

A.  Pengertian Ragam Bahasa

Ragam Bahasa ialah variasi bahasa berdasarkan pemakaian, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, berdasarkan kekerabatan pembicara, mitra bicara, orang yang dibicarakan, serta berdasarkan medium pembicara (Bachman, 1990).

B. Jenis-Jenis Ragam Bahasa

1. Jenis-jenis Ragam Bahasa dari Segi Pemakaian

Dari segi pemakaian ragam bahasa dibagi menjadi 3 jenis yaitu: ( a) berdasarkan media (b) berdasarkan kekerabatan antarpembicara (c) berdasarkan topik pembicaraan.

a.  Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Media

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari: (1) Ragam bahasa ekspresi (2) Ragam bahasa tulis.

Ciri-ciri ragam lisan: (a) Memerlukan orang kedua/teman bicara; (b) Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu; (c)Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh. (d) Berlangsung cepat; (e) Sering sanggup berlangsung tanpa alat bantu; (f) Kesalahan sanggup pribadi dikoreksi; (g) Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

Contoh ragam ekspresi : (1) Nia sedang baca surat kabar. (2) Ari mau nulis surat.

Ciri-ciri ragam tulis: (a)Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara; (b)Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu; (c) Harus memperhatikan unsur gramatikal; (d) Berlangsung lambat; (e) Selalu menggunakan alat bantu; (f) Kesalahan tidak sanggup pribadi dikoreksi; (g) Tidak sanggup dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.

Contoh ragam tulis: (1) Nia sedang membaca surat kabar (2) Ari ingin menulis surat.

b. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Hubungan Antarpembicara

Menurut bersahabat tidaknya pembicara, ragam bahasa dibedakan dibedakan menjadi: 1) Ragam bahasa resmi,

2) ragam bahasa santai, 3) ragam bahasa akrab. 

c. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Topik Pembicaraan

Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register.

Fungsiolek yaitu variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa.  Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan sebagai berikut:

1)   Ragam hukum: Dia dieksekusi lantaran melaksanakan tindak pidana

2)   Ragam bisnis:  Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.

3)   Ragam sastra: Cerita itu menggunakan unsur flashback .

4)   Ragam kedokteran:  Anak itu menderita penyakit kuorsior .

5)   Ragam psikologi:  Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif.

6)    Ragam Olahraga: Hari ini PON XIX/2016 mulai memperebutkan medali emas.

7)   Ragam Bahasa Ilmiah: Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok terbuat dari materi busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin

2. Jenis Ragam Bahasa Ditinjau dari Sudut Pandang Penutur

 Ragam bahasa ditinjau dari sudut pandang penutur dibedakan menjadi

a. ragam bahasa berdasarkan daerah

b. ragam bahasa berdasarkan pendidikan formal.

c. ragam bahasa berdasarkan perilaku penutur

Penjelasan:

a. Ragam Bahasa Menurut Daerah

Ragam bahasa berdasarkan tempat sanggup dibedakan menjadi dialek dan kronolek.  Dialek, yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu.  Misalnya, Bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya. Kronolek atau dialek temporal ialah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Contoh : Misalnya, bahasa Melayu masa kerajaan Sriwijaya berbeda dengan bahasa Melayu masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsji dan berbeda pula dengan bahasa Melayu Riau sekarang.

b. Ragam Bahasa Menurut Pendidikan Formal /Status Sosial

Ragam bahasa berdasarkan pendidikan formal, menawarkan perbedaan yang terang antara kaum yang berpendidikan formal (terpelajar) dan yang tidak. Bunyi /f/ dan gugus konsonan final /-ks/, misalnya, sering tidak terdapat dalam ujaran orang yang tidak bersekolah atau hanya berpendidikan rendah.

Contoh Pengucapan kata film oleh orang berpendidikan/terpelajar [film]. Sedangkan pengucapan oleh orang yang tidak arif [pilm].

Dalam ragam ini dikenal istilah Sosiolek, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua kasus pribadi para penuturnya, menyerupai usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.

c. Ragam Bahasa Menurut Sikap Penutur

Ragam ini sanggup disebut langgam atau gaya berbahasa seseorang atau idiolek. Idiolek ialah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Idiolek bergantung pada perilaku penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau pembacanya. Sikapnya itu dipengaruhi, antara lain oleh umur dan kedudukan yang disapa, tingkat keakraban antarpenutur, pokok kasus yang hendak disampaikannya, dan tujuan penyampaian informasinya.

3. Ragam Bahasa Berdasarkan Keformalan

a. Ragam Beku (Frozen)

Ragam beku ialah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, contohnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagainya. Ciri ragam ini ialah cenderung tetap.

b. Ragam Resmi (Formal)

Ragam resmi ialah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya. Lebih fleksibel

c. Ragam Usaha (Konsultatif)

Ragam usaha atau ragam konsultatif ialah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.

d. Ragam Santai (Casual)

Ragam santai ialah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau sahabat karib pada waktu istirahat dan sebagainya.  Misalnya penggunaan kata sapaan mas, mbak.

e. Ragam Akrab (Intimate)

Ragam bersahabat ialah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas. Sapaan dab yg berarti mas di jogja

RAGAM BAKU DAN RAGAM TIDAK BAKU

Ragam baku dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar. Ragam baku mempunyai kaidah-kaidah paling lengkap diperikan jikalau dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain.

Pemakaian ragam baku tercermin dalam situasi berikut ini.

1) Komunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat resmi, surat-menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi-instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi, perundang-undangan, dan sebagainya.

2) Wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karya ilmiah.

3) Pembicaraan di depan umum, yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah, dan sebagainya.

4) Pembicaraan dengan orang yang dihormati.

Secara umum, fungsi bahasa baku ialah sebagai berikut.

Pemersatu, pemakaian bahasa baku sanggup mempersatukan sekelompok orang menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa.

Pemberi kekhasan, pemakaian bahasa baku sanggup menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya.

Pembawa kewibawaan, pemakai bahasa baku sanggup menunjukkan kewibawaan pemakainya.

Kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolok ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang.

Sikap terhadap bahasa baku setidak-tidaknya mengandung tiga dimensi, yaitu (1) perilaku kesetiaan bahasa, (2) perilaku pujian bahasa, dan (3) perilaku kesadaran akan norma dan kaidah bahasa. Ketiga perilaku tersebut terkait erat dengan keempat fungsi bahasa baku.


Sumber:

Mudini, dkk. 2016. Kedudukan, Fungsi, dan Ragam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

 POSTINGAN TERKAIT
SOAL SEJARAH-RAGAM BAHASA BACA DI SINI
BACA CAKUPAN MATERI OGN 2017 DI SINI
BACA CONTOH BEST PRACTICE FINAL OGN DI SINI DAN DI SINI
BACA CONTOH RISALAH AKADEMIK FINAL OGN DI SINI

0 Response to "Ogn 2017 Sd Bahasa Indonesia Bahan Sejarah, Kedudukan, Fungsi, Dan Ragam Bahasa Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel