-->

Iklan

Ogn 2017 Sma/Smk Bahan Pedagogik: Pembelajaran Yang Aman Dan Pengembangan Potensi Akseptor Didik


KONSEP, LANGKAH-LANGKAH, DAN PENERAPAN DALAM PEMBELAJARAN
PENDEKATAN SAINTIFIK, DISCOVERY LEARNING, PROBLEM BASED LEARNING, DAN PROJECT BASED LEARNING
Dikutip dari https://www.kesharlindungdikmen.id/, ada lima cakupan materi kompetensi pedagogik pada Olimpiade Guru Nasional (OGN) 2017 sebagai berikut.

1.  Pemahaman akseptor didik secara mendalam: prinsip-prinsip perkembangan kognitif akseptor didik, prinsip-prinsip kepribadian akseptor didik, dan bekal bimbing awal akseptor didik.

2.  Perancangan pembelajaran, termasuk pemahaman landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran: landasan kependidikan, teori berguru dan pembelajaran, taktik pembelajaran berdasarkan karakteristik akseptor didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta rancangan pembelajaran berdasarkan taktik yang dipilih.

3.  Pelaksanaan pembelajaran: penataan latar (setting) pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang kondusif.

4.  Perancangan dan pelaksanaan penilaian pembelajaran: penilaian (assessment) proses dan hasil berguru secara berkesinambungan dengan aneka macam metode, analisis hasil penilaian proses dan hasil berguru untuk menentukan tingkat ketuntasan berguru (mastery learning), dan pemanfaatan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas jadwal pembelajaran secara umum.

5.  Pengembangan potensi akseptor didik untuk mengaktualisasikan kompetensi guru: pengembangan aneka macam potensi akademik dan nonakademik akseptor didik.

Pada postingan ini akan disajikan Ringkasan Materi Cakupan Materi OGN 2017 Kompetensi Pedagogik nomor 3 dan 5 yaitu : Pelaksanaan pembelajaran: penataan latar (setting) pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang aman dan Pengembangan potensi akseptor didik untuk mengaktualisasikan kompetensi guru: pengembangan aneka macam potensi akademik dan nonakademik akseptor didik.

PENGANTAR

Untuk membuat pembelajaran yang aman dan mengembangkan potensi akseptor didik, guru hendaknya melaksanakan pembelajaran dengan model-model pembelajaran yang menarik, inovatif, dan efektif.

Berikut ini disajikan model-model pembelajaran yang diharapkan membuat pembelajaran yang aman dan bisa mengembangkan aneka macam potensi akseptor didik.

I. KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK (5M)

A.    Esensi Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran sanggup dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan akseptor didik.

Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan kebijaksanaan sehat deduktif (deductivereasoning).

Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan kebijaksanaan sehat deduktif (deductivereasoning).

Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, kebijaksanaan sehat induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.

Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam kekerabatan idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

B.     Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Observing (mengamati), Questioning (menanya), Mengumpulkan informasi/ eksperimen, Mengasosiasikan/ mengolah informasi, Mengkomunikasikan .

1.      Mengamati

Kegiatan Belajarnya mengamati: melihat, membaca, mendengar, menyimak (tanpa atau dengan alat).

Kompetensi yang Dikembangkan: melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini mempunyai keunggulan  tertentu, menyerupai menyajikan media objek secara nyata, akseptor didik bahagia dan tertantang, dan gampang pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang usang dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jikalau tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu akseptor didik, sehingga proses pembelajaran mempunyai kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi akseptor didik menemukan fakta bahwa ada kekerabatan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang dipakai oleh guru.

Langkah-langkah Mengamati

Menentukan objek apa yang akan diobservasi

Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi

Menentukan  secara jelas  data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder

Menentukan di mana daerah objek yang akan diobservasi

Menentukan secara terang bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data semoga berjalan gampang dan lancar

Menentukan cara dan melaksanakan pencatatan atas hasil observasi , menyerupai memakai buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Jenis-jenis Pengamatan

Observasi biasa (common observation). Peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melaksanakan observasi (complete observer), dan sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.

Observasi terkendali (controlled observation). akseptor didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Pada observasi terkendali pelaku atau objek  yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan.

Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif, akseptor didik melibatkan diri secara pribadi dengan pelaku atau objek yang diamati. Observasi semacam ini mengharuskan akseptor didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati

2.      Menanya

Kegiatan Belajarnya

Mengajukan pertanyaan perihal informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat informasi embel-embel perihal apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

Kompetensi yang Dikembangkan

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan berguru sepanjang hayat

Guru yang efektif bisa menginspirasi akseptor didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada ketika guru bertanya, pada ketika itu pula ia membimbing atau memandu akseptor didiknya berguru dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan akseptor didiknya, ketika itu pula ia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga sanggup dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat efektif!      

Mengajukan pertanyaan perihal informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat informasi embel-embel perihal apa yang diamati. (dimulai dari pertanyaan faktual hingga ke pertanyaan hipotetik)

3.      Mengumpulkan Informasi/ Eksperimen

Kegiatan Belajarnya: Melakukan eksperimen, Membaca sumber lain selain buku teks, Mengamati objek/kejadian, Aktivitas Wawancara dengan narasumber

Kompetensi yang Dikembangkan: Mengembangkan perilaku teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui aneka macam cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan berguru dan berguru sepanjang hayat.

4.      Mengasosiasikan/ Mengolah

Kegiatan Belajarnya

Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi

Kompetensi yang Dikembangkan

Mengembangkan perilaku jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan mekanisme dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan .

5.      Mengkomunikasikan         

Kegiatan Belajarnya : Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan  hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnnya.

Kompetensi yang Dikembangkan: Mengembangkan perilaku jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.     

CONTOH KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (5M)

Kompetensi Dasar
:
 3. 4   Mengevaluasi teks negoisasi berdasarkan kaidah-kaidah teks baik melalui verbal maupun tulisan
Topik /Tema
:
Seni Bernegosiasi  dalam Kewirausahaan
Sub Topik/Tema
:
PemodelanTeks Negosiasi
Tujuan Pembelajaran
:
Peserta didik sanggup mengidentifikasi teks perundingan
Alokasi Waktu
:
2 x 45 menit



Tahapan Pembelajaran
Kegiatan
Mengamati
  1. Peserta didik membentuk kelompok.
  2. Peserta didik membaca  teks negosiasi.
  3. Peserta didik mencermati uraian yang berkaitan dengan  mengevaluasi  teks negosiasi.
Menanya
  1. Peserta didik bertanya jawab perihal hal-hal yang bekerjasama dengan struktur dan kaidah teks negosiasi.
Mengumpulkan informasi

  1. Peserta didik mencari dari aneka macam sumber informasi perihal mengevaluasi teks negosiasi.
Mengasosiasikan

  1. Peserta didik mendiskusikan perihal struktur dan kaidah dalam teks negosiasi.
  2. Peserta didik menyimpulkan hal-hal terpenting dalam mengevaluasi teks negosiasi.
  3. Peserta didik menuliskan laporan kerja kelompok perihal mengevaluasi teks negosiasi.
  4. Peserta didik mengevaluasi kesesuian struktur dan kaidah teks perundingan yang dibentuk oleh kelompok lain
  5. Peserta didik mengevaluasi kesesuaian isi teks negosiasi
Mengkomunikasikan


  1. Peserta didik membacakan hasil kerja kelompok di depan kelas,  peserta didik lain menawarkan tan



II. MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

A.  Definisi/Konsep

Metode Discovery Learning yaitu teori berguru yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

Sebagai taktik belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery persoalan yang diperhadapkan kepada siswa semacam persoalan yang direkayasa oleh guru

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan menawarkan kesempatan kepada siswa untuk berguru secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus sanggup membimbing dan mengarahkan kegiatan berguru siswa sesuai dengan tujuan.  Kondisi menyerupai ini ingin merubah kegiatan berguru mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.

Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus menawarkan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau hebat matematika. Bahan bimbing tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melaksanakan aneka macam kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan materi serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

B.  Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan

Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha inovasi merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh alasannya menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

Menimbulkan rasa bahagia pada siswa, alasannya tumbuhnya rasa menyidik dan berhasil.

Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

Metode ini sanggup membantu siswa memperkuat konsep dirinya, alasannya memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun sanggup bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) alasannya mengarah pada  kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;

Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar  yang baru;

Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;

Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;

Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses berguru menjadi lebih terangsang;

Proses berguru meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia  seutuhnya;

Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;

Kemungkinan siswa berguru dengan memanfaatkan aneka macam jenis sumber belajar;

Dapat mengembangkan talenta dan kecakapan individu.

C.   Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan

Metode ini mengakibatkan perkiraan bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abnormal atau berfikir atau mengungkapkan kekerabatan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan mengakibatkan frustasi.

Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, alasannya membutuhkan waktu yang usang untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan persoalan lainnya.

Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini sanggup buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara berguru yang lama.

Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

Pada beberapa disiplin ilmu, contohnya IPA kurang kemudahan untuk mengukur gagasan  yang dikemukakan oleh para siswa tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa dikarenakan telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

D.    Langkah-Langkah Operasional

1. Langkah Persiapan

a. Menentukan  tujuan pembelajaran

b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya  belajar, dan sebagainya)

c. Memilih materi pelajaran.

d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)

e. Mengembangkan bahan-bahan berguru yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, kiprah dan sebagainya untuk dipelajari siswa

f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang  konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik hingga ke simbolik

g. Melakukan penilaian proses dan hasil berguru siswa 

2. Pelaksanaan

a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

     Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang mengakibatkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, semoga timbul keinginan untuk menyidik sendiri. Disamping itu guru sanggup memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan acara berguru lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi berguru yang sanggup mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

b.  Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

      Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda persoalan yang relevan dengan materi pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

c.  Data collection (Pengumpulan Data).

     Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk mengambarkan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau mengambarkan benar tidaknya  hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) aneka macam informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melaksanakan uji coba sendiri dan sebagainya.

d.  Data Processing (Pengolahan Data)

     Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, kemudian ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

e.  Verification (Pembuktian)

      Pada tahap ini siswa melaksanakan pemeriksaan secara cermat untuk mengambarkan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification berdasarkan Bruner, bertujuan semoga proses berguru akan berjalan dengan baik dan kreatif jikalau guru menawarkan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, hukum atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f.  Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

     Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan yaitu proses menarik sebuah kesimpulan yang sanggup dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua insiden atau persoalan yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka  dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

E.     Sistem Penilaian

Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian sanggup dilakukan dengan memakai tes maupun non tes.

 Penilaian yang dipakai sanggup berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning sanggup memakai tes tertulis.  Jika bentuk penilaiannya  memakai penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian  sanggup dilakukan dengan pengamatan.

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Contoh Tahap Pembelajaran Discovery learning

Satuan Pendidikan: Sekolah Menengan Atas …

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/ Semester : XII/1

Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

KD:  Memahami struktur dan kaidah teks kisah sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan kisah fiksi dalam novel baik melalui verbal maupun tulisan.

Indikator:

1) Menentukan struktur teks kisah sejarah;

2) Menentukan kaidah/ciri-ciri bahasa (fitur bahasa) teks kisah sejarah.

B. Langkah-langkah Pembelajaran


Tahapan Pokok
Kegiatan Pembelajaran
A.    Pemberian Rangsangan (Stimulation)
1.    Peserta didik menyimak tayangan aneka macam insiden sejarah dunia.
2.    Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sanggup menghadapkansiswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi terhadap pemahaman teks hasil observasi kisah sejarah.
3.      Guru mengarahkan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang akan dilakukan
4.      Siswa membaca pola model teks kisah sejarah berjudul “Sejarah Hari Buruh.”.
B.     Pernyataan/Identifikasi Masalah (Problem Statement)
5.     
6.    Peserta didik mengidentifikasi persoalan yang relevan dengan materi bacaan diantaranya diarahkan untuk menanyakan fungsi teks kisah sejarah dan bentuk atau strukturnya,
7.      Berdasarkan identifikasi persoalan tersebut, siswa menentukan dan merumuskan salah satu di antaranya dalam bentuk hipotesis.
C.     Pengumpulan Data (Data Collection)
8.    Peserta didik membentuk kelompok berguru sesuai isyarat guru dengan mempertimbangkan kemampuan akademik, gender, dan ras (@5 0rang per kelompok).
9.      Peserta didik mengidentifikasi siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana insiden yang terjadi pada teks kisah sejarah “Hari Buruh.”
10.  Peserta didik menyusun periode sejarah secara kronologis, sesuai dengan urutan waktu dari insiden sejarah teks “Hari Buruh.”
11.  Peserta didik menentukan struktur yang membangun teks “Sejarah Hari Buruh”
D.    Pengolahan Data (Data Processing)
12.   
13.  Peserta didik mengolah informasi yang diperoleh dari hasil kegiatan sebelumnya untuk menentukan unsur-unsur atau struktur teks kisah sejarah.
E.     Pembuktian (Verification)
14.  Guru menawarkan kesempatan kepada siswa untuk memverifikasi sehingga sanggup menemukan konsep perihal struktur teks kisah sejarah.
F.      Menarik Kesimpulan (Generalization)
15.  Peserta didik membuat kesimpulan perihal struktur teks kisah sejarah
16.  Peserta didik mempresentasikan.


III. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

A.   Definisi/Konsep

Pembelajaran berbasis persoalan merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan persoalan kontekstual sehingga merangsang akseptor didik untuk belajar.

Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, akseptor didik bekerja dalam tim untuk memecahkan persoalan dunia nyata (real world)

B. Kelebihan PBL

1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran  bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang berguru memecahkan suatu persoalan maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar sanggup semakin bermakna dan sanggup diperluas ketika akseptor didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan

2. Dalam situasi PBL, peserta     didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan

3. PBL sanggup meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif akseptor didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan sanggup mengembangkan kekerabatan interpersonal dalam bekerja kelompok.

C. Langkah-langkah Operasional  dalam  Proses Pembelajaran

1. Konsep Dasar (Basic Concept)

Fasilitator  memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diharapkan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan semoga akseptor didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapat ‘peta’ yang akurat perihal arah dan tujuan pembelajaran

2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini fasilitator memberikan skenario atau permasalahan dan akseptor didik melaksanakan aneka macam kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul aneka macam macam alternatif pendapat

3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Peserta didik mencari aneka macam sumber yang sanggup memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud sanggup dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

Tahap pemeriksaan mempunyai dua tujuan utama, yaitu: (1) semoga akseptor didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan sanggup dipahami.

4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapat sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya akseptor didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini sanggup dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

5. Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan perilaku (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang meliputi seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian final semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. 

Penilaian terhadap kecakapan sanggup diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

D. Contoh Penerapan

Memanfaatkan lingkungan akseptor didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru menawarkan penugasan yang sanggup dilakukan di aneka macam konteks lingkungan akseptor didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Penugasan yang diberikan oleh guru menawarkan kesempatan bagi akseptor didik untuk berguru diluar kelas. Peserta didik diharapkan sanggup memperoleh pengalaman pribadi perihal apa yang sedang dipelajari. Pengalaman berguru merupakan acara berguru yang harus dilakukan akseptor didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembela

E. Tahapan-Tahapan Model PBL

Fase-Fase

Perilaku Guru

Fase 1

Orientasi akseptor didik kepada masalah.

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg dibutuhkan.

Memotivasi akseptor didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan persoalan yang dipilih.

Fase 2

Mengorganisasikan akseptor didik

Membantu akseptor didik mendefinisikan dan mengorganisasikan kiprah berguru yang bekerjasama dengan persoalan tersebut.

Fase 3

Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.

Mendorong akseptor didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapat penjelasan dan pemecahan masalah.

Fase 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Membantu akseptor didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai menyerupai laporan, model dan membuatkan kiprah dengan teman.

Fase 5

Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Mengevaluasi hasil berguru perihal materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja.

F. Sistem Penilaian

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan perilaku (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang meliputi seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian final semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

Penilaian terhadap kecakapan sanggup diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap perilaku dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian sanggup dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan akseptor didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan berguru dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara penilaian diri (self-assessment) dan peer-assessment.

Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.

Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk menawarkan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh sahabat dalam kelompoknya

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Contoh Tahap Pembelajaran Problem Based Learning

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah
Sub Materi : Pemodelan Teks Cerita Sejarah

A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

A.2 Menganalisis teks kisah sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan kisah fiksi dalam novel baik melalui verbal maupun tulisan
Indikator:
1) Menelaah kelemahan atau kesalahan struktur teks laporan hasil observasi baik melalui verbal maupun tulisan
2) Menelaah kelemahan atau kesalahan kaidah teks laporan hasil observasi baik melalui verbal maupun tulisan.
3) Menelaah kelemahan atau kesalahan isi teks laporan hasil observasi baik melalui verbal maupun tulisan

B. Langkah-langkah Pembelajaran


Tahapan Pokok
Kegiatan Pembelajaran
A.    Orientasi siswa pada
Masalah
1.    Peserta didik menyimak tujuan pembelajaran
2.    Peserta didik membaca pola teks kisah sejarah yang kurang baik dan menyimak penjelasan terhadap permasalahan tersebut
3.    Peserta didik menawarkan tanggapan dan pendapat terhadap permasalahan tersebut
B.     Mengorganisasi
siswa dalam belajar

4.    Peserta didik membentuk kelompok berguru sesuai isyarat guru  dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan gender
C.     Membimbing penyelidikan siswa secara berdikari atau
kelompok
5.    Peserta didik membaca teks kisah sejarah yang tidak baik dengan cermat
6.    Peserta didik dengan difasilitasi dan dibimbing guru menelaah dan mendiskusikan kelemahan teks kisah sejarah dari segi struktur, kaidah, dan isi
D.    Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya

7.      Peserta didik menjawab permasalahan yang telah diidentifikasi, khususnya mengenai kelemahan struktur, kaidah, dan isi teks kisah sejarah
8.      Peserta didik mempresentasikan atau menyajikan laporan pembahasan hasil temuan atau hasil diskusi dan penarikan kesimpulan di depan kelas
E.     Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
9.    Peserta didik dalam kelompok lain mengevaluasi atau
10.  Menanggapi
11.  Peserta didik dengan dibimbing guru melaksanakan simpulan
12.  Guru melaksanakan penilaian hasil berguru mengenai materi yang telah dipelajari


IV. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)

A.  Definisi/Konsep

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) yaitu metoda pembelajaran yang memakai proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melaksanakan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan aneka macam bentuk hasil belajar.

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode berguru yang memakai persoalan sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan gres berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk dipakai pada permasalahan komplek yang diharapkan akseptor didik dalam melaksanakan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing akseptor didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan aneka macam subjek (materi) dalam kurikulum.

 Pada ketika pertanyaan terjawab, secara pribadi akseptor didik sanggup melihat aneka macam elemen utama sekaligus aneka macam prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan pemeriksaan mendalam perihal sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan perjuangan akseptor didik.

B.  Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

Meningkatkan motivasi berguru akseptor didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melaksanakan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.

Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Membuat akseptor didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.

Meningkatkan kolaborasi.

Mendorong akseptor didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

Meningkatkan keterampilan akseptor didik dalam mengelola sumber.

C.  Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek

Memerlukan banyak waktu untuk menuntaskan masalah.

Membutuhkan biaya yang cukup banyak

Banyak pelatih yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana pelatih memegang kiprah utama di kelas.

Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

Peserta didik yang mempunyai kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

Ada kemungkinan akseptor didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan akseptor didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

D. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang sanggup memberi penugasan akseptor didik dalam melaksanakan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah pemeriksaan mendalam. Pengajar berusaha semoga topik yang diangkat relevan untuk para akseptor didik.

2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan akseptor didik. Dengan demikian akseptor didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi perihal hukum main, pemilihan acara yang sanggup mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan aneka macam subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan materi yang sanggup diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Pengajar dan akseptor didik secara kolaboratif menyusun jadwal acara dalam menuntaskan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menuntaskan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa akseptor didik semoga merencanakan cara yang baru, (4) membimbing akseptor didik ketika mereka membuat cara yang tidak bekerjasama dengan proyek, dan (5) meminta akseptor didik untuk membuat penjelasan (alasan) perihal pemilihan suatu cara.

4. Memonitor akseptor didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)

Pengajar bertanggungjawab untuk melaksanakan monitor terhadap acara akseptor didik selama menuntaskan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi akseptor didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi acara akseptor didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibentuk sebuah rubrik yang sanggup merekam keseluruhan acara yang penting.

5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian stSaudarar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing akseptor didik, memberi umpan balik perihal tingkat pemahaman yang sudah dicapai akseptor didik, membantu pengajar dalam menyusun taktik pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada final proses pembelajaran, pengajar dan akseptor didik melaksanakan refleksi terhadap acara dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini akseptor didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menuntaskan proyek. Pengajar dan akseptor didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada jadinya ditemukan suatu temuan gres (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

D.  Sistem PenilaianPenilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu kiprah yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu pemeriksaan semenjak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek sanggup dipakai untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan akseptor didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

Kemampuan pengelolaan

Kemampuan akseptor didik dalam menentukan topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.

Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

Keaslian

Proyek yang dilakukan akseptor didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan bantuan guru berupa petunjuk dan santunan terhadap proyek akseptor didik.

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK

Rancangan Pembelajaran Berbasis Projek

A. Identitas Model

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengan Atas ……

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XII/1

Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah

Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit (2 pertemuan)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

4.2 Memproduksi teks kisah sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan kisah fiksi dalam novel yang koheren sesuai dengan karakteristik teks baik secara verbal maupun tulisanmaupun tulisan


Indikator:1) Menentukan langkah-langkah menyusun teks kisah sejarah

2) Menyusun teks kisah sejarah

C. Langkah Pembelajaran



Langkah-langkah
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
A.    Penentuan Proyek
1. Peserta didik menentukan hari atau insiden bersejarah sebagai topik yang akan dikembangkan menjadi teks kisah bersejarah
B.     Perancangan
Langkah-langkah
Penyelesaian Proyek
2. Peserta didik dibimbing guru mendiskusikan hukum main dan pemilihan acara yang sanggup mendukung pelaksanaan proyek
3. Peserta didik mendiskusikan sumber/bahan/alat pendukung pelaksanaan proyek
4. Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai penilaian
dalam kelompok masing masing, akseptor didik mendiskusikan dan perencanaan proyek berupa penentuan fase insiden bersejarah
C.     Penyusunan Jadwal
Pelaksanaan Proyek
5. Peserta didik membuat time line pemilihan dan penyiapan proyek
6. Peserta didik mendiskusikan deadline untuk menuntaskan proyek menyusun teks kisah sejarah
7. Peserta didik mendiskusikan dan membuat jadwal atau waktu pelaksanaan penyelesaian setiap fase persitiwa dalam teks kisah sejarah yang akan ditulisnya
D.    Penyelesaian proyek
dengan fasilitasi dan
monitoring guru
8. Peserta didik mengidentifikasi dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan fase insiden yang menjadi objek untuk penulisan teks kisah sejarah
9. Peserta didik mengonsultasikan permasalahan atau hambatan dalam menuntaskan penulisan teks kisah sejarah
10. Peserta didik memperbaiki hasil goresan pena berdasarkan hasil konsultasi
E.     Penyusunan Laporan
dan Presentasi
/Publikasi
Hasil Proyek
11. Peserta didik membaca kembali teks kisah sejarah yang sudah ditulis dan memperbaiki jikalau masih terjadi kesalahan dengan mengacu pada point-point penilaian yang disepekati pada tahap perencanaan
12. Peserta didik menempelkan teks kisah sejarah yang sudah dibuatnya di daerah yang sudah disediakan (tempat menyerupai bentuk pameran)
13. Peserta didik melaksanakan kegiatan shopping model,yaitu mengunjungi, membaca, dan menanggapi teks kisah sejarah kelompok lain.
F.      Evaluasi Proses dan
Hasil Proyek
14. Peserta didik melaksanakan refleksi terhadap acara dan hasil kiprah proyek yang sudah dilaksanakan.
15. Peserta didik mengemukakan pengalamannya selama menuntaskan kiprah proyek akseptor didik mendengarkan umpan balik terhadap proses yang telah dilaksanakan dan produk yang telah dihasilkan.


Sumber Pustaka :

Ariani, Farida dkk. 2016. Model Pembelajaran . Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

PPT Badan Sumber Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014.




0 Response to "Ogn 2017 Sma/Smk Bahan Pedagogik: Pembelajaran Yang Aman Dan Pengembangan Potensi Akseptor Didik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel