-->

Iklan

Siapakah Pemimpin Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (Prri) Dan Usaha Rakyat Semesta (Permesta)?

Materi Sekolah - Siapakah Pemimpin Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)? -  Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) merupakan salah satu gerakan kontradiksi antara pemerintah daerah dengan pemerintah sentra (Jakarta) yang dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958 dengan keluarnya ultimatum dari Dewan Perjuangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein di Padang, Sumatera Barat, Indonesia.

Dan lalu gerakan ini mendapat sambutan dari wilayah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, di mana pada tanggal 17 Februari 1958 daerah tersebut menyatakan mendukung PRRI.

Konflik yang terjadi ini sangat dipengaruhi oleh tuntutan harapan akan adanya otonomi daerah yang lebih luas. Selain itu ultimatum yang dideklarasikan itu bukan tuntutan pembentukan negara gres maupun pemberontakan, tetapi lebih merupakan protes mengenai bagaimana konstitusi dijalankan. Pada masa bersamaan kondisi pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca aksi Belanda. Hal ini juga memengaruhi hubungan pemerintah sentra dengan daerah serta menimbulkan banyak sekali ketimpangan dalam pembangunan, terutama pada daerah-daerah di luar pulau Jawa.

Dan sebelumnya bibit-bibit konflik tersebut sanggup dilihat dengan dikeluarkannya Perda No. 50 tahun 1950 wacana pembentukan wilayah otonom oleh provinsi Sumatera Tengah waktu itu yang meliputi wilayah provinsi Sumatera Barat, Riau yang kala itu masih meliputi wilayah Kepulauan Riau, dan Jambi sekarang.

Bagaimanapun, kontradiksi ini dianggap sebagai sebuah pemberontakan oleh pemerintah pusat, yang menganggap ultimatum itu merupakan proklamasi pemerintahan tandingan, dan lalu ditumpas dengan pengerahan kekuatan militer terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah militer Indonesia.

 Siapakah Pemimpin Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia  Siapakah Pemimpin Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)?

Dengan adanya beberapa pemberontakan menimbulkan semakin memburuknya keamanan dalam negeri. Pada simpulan tahun 1956 beberapa Panglima yang ada di daerah-daerah membentuk dewan-dewan.

Dewan-dewan tersebut di antaranya adalah:
  1. Di Sumatra Barat berdiri Dewab Banteng yang dipimpin oleh Kolonel Achmad Hussein.
  2. Di Medan berdiri Dewan Gajah yang dipimpin oleh Kolonel Simbolon.
  3. Di Palembang berdiri Dewan Garuda dibawah pimpinan Letnan Kolonel Barlian.
  4. Di Menado berdiri Dewan Manguni yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Samual.
Dewan-dewan tersebut ternyata menunjukkan dukungan terhadap daerah-daerah yang hasilnya menjurus pada sparatisme.

Munculnya sparatisme tersebut disebabkan oleh terjadinya ketidak seimbangan keuangan antara sentra dan daerah. Terjadi kecemburuan sosial dan ekonomi lantaran sumber keuangan yang berasal dari daerah mengalir ke sentra di Jakarta.

Pemerintah sentra mencoba menyelesaikannya dengan jalan damai. Pada tanggal 14 September 1957 dilakukan Musayawarah Nasional (Munas) dan Musayawarah Pembangunan (Munap) dalam rangka memecahkan persoalan sentra dan daerah tersebut. Dalam musyawarah itu terdapat harapan berpengaruh daerah untuk menang sendiri sehingga sulit untuk dicarikan kesepakatan.

Peristiwa lain menyertai dua bulan lalu dikala terjadi usaha pembunuhan terhadap Presiden Sukarno yang dikenal dengan insiden Cikini. Presiden selamat tetapi beberapa pelajar yang tidak berdosa mengalami cedera akhir granat yang dilempatkan oleh kelompok ekstrim agama.

Pada tanggal 10 Februari 1958 ketua Dewan Banteng Achmad Hussein mengeluarkan ultimatum kepada pemerintah sentra biar Kabinet Juanda mengundurkan diri dalam waktu lima kali 24 jam. Menghadapi ultimatum tersebut pemerintah sentra mengambil tindakan tegas dengan memecat secara tidak hormat para perwira yang duduk dalam dewan-dewan tersebut. Kapala Staf Angkatan Darat dikala itu Mayor Jenderal A.H. Nasution pada tanggal 12 Februari 1958 mengeluarkan perintah untuk membekukan Komando Militer Daerah Sumatra Tengah.

Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein menyatakan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dengan Syarifuddin Prawiranegara sebagai Perdana Menterinya. Untuk memulihkan keamanan negara, maka pemerintah menghadapi dengan jalan operasi militer. Upaya penghancuran ini dilakukan dibawah komandan Kolonel Achmad Yani. Tujuan yang ingin dicapai ialah mencegah meluasnya sparatisme kedaerah lain dan juga mencegah biar tidak ada derma abnormal untuk gerakan tersebut.

Kekuatan abnormal diperkirakan akan melaksanakan intervensi dengan dalih untuk melindungi kepentingan modal dan warga negara abnormal yang ada di Riau dan Sumatra Timur. Itulah sebabnya gerakan Tentara Nasional Indonesia pertama-tama ditujukan ke Pakanbaru.

Dari pakanbaru operasi dikembangkan menuju sentra pertahanan pemberontak dan pada tanggal 4 Mei Bukittinggi sanggup direbut kembali.

Proklamai yang dilakukan tangal 15 Februari di Padang oleh Achmad Hussien itu rupanya mendapat sambutan dari wilayah Indonesia serpihan timur Indonesia. Di Sulawesi Utara muncul gerakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang dalam perjuangannya juga menguasai Sulawesi Tengah. Gerakan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Ventje Samual.

Dalam rangka menumpas gerakan ini pemerintah menbentuk komando operasi „Merdeka“ yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Lukminto Hendraningrat. Operasi merdeka ini dilancarkan pada bulan April 1958 di Sulawesi Utara. Gerakan ini ternyata mendapat derma dari negara asing. Ini terbukti sesudah menembak jatuh pesawat udara yang dipiloti oleh A.L. Pope warga Amerika Serikat pada tanggal 16 Mei 1958. Pemberontakan lalu sanggup dilumpuhkan pada Agustus 1958.

0 Response to "Siapakah Pemimpin Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (Prri) Dan Usaha Rakyat Semesta (Permesta)?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel