-->

Iklan

Best Practice Babak Akibat Ogn 2016 (Bagian Isi)


BAB I

PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang Masalah

Cerita rakyat merupakan prosa usang berupa tradisi lisan. Dalam bahasa sehari-hari dongeng rakyat lebih dikenal masyarakat sebagai dongeng. Dongeng ini hidup dan berkembang dalam masyarakat tertentu tetapi tidak pernah diketahui siapa pengarangnya. Sebagai genre sastra lisan, dongeng rakyat mempunyai manfaat yang banyak bagi masyarakat pendukungnya. Di dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan maupun nilai-nilai moral yang bermanfaat.

Seiring dengan arus globalisasi dongeng rakyat seperti terlupakan dan tidak pernah dikaji. Padahal dongeng rakyat merupakan tradisi budaya yang memegang nilai-nilai luhur. Di dalamnya terdapat fatwa moral yang bermanfaat bagi generasi penerus untuk menjaga sifat-sifat budaya bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian kompetensi memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat merupakan sesuatu yang sangat penting.

Sehubungan dengan konsep nilai, Yunus, dkk. (1990) menjelaskan bahwa nilai yakni kadar isi yang mempunyai sifat-sifat atau hal-hal penting yang berkhasiat bagi kemanusiaan. Nilai yakni sesuatu yang penting atau hal-hal yang bermanfaat bagi insan atau kemanusiaan yang menjadi sumber ukuran dalam sebuah karya sastra. Nilai yakni ide-ide yang menggambarkan serta membentuk suatu cara dalam sistem masyarakat sosial yang merupakan rantai penghubung secara terus-menerus dari kehidupan generasi terdahulu.

Sehubungan dengan pengelompokan nilai, Zahafudin (1996) menjelaskan bahwa secara garis besar nilai-nilai kehidupan yang ada dalam karya sastra terdiri atas tiga golongan besar yaitu (1) nilai keagamaan, (2) nilai sosial (3) nilai moral. Selanjutnya, nilai-nilai tersebut masih sanggup dikelompokan dalam bentuk yang kecil, yaitu nilai agama terdiri atas nilai tauhid, nilai pengetahuan, nilai penyerahan diri kepada takdir. Nilai sosial terdiri atas nilai gotong-royong, musyawarah, kepatuhan, kesetiaan dan keikhlasan. Dan nilai moral terdiri atas nilai kejujuran, nilai kesopanan, ketabahan, dan menuntut aib atau harga diri.

Peningkatkan kompetensi memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat perlu ditingkatkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam melaksanakan acara pembelajaran memilih nilai-nilai dongeng rakyat hendaknya dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang, sehingga memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Depdiknas, 2007). Oleh lantaran itu, peningkatan kompetensi siswa dalam memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat harus dibangun oleh siswa sendiri melalui keterlibatan aktif dalam belajar.

Menentukan nilai-nilai dalam dongeng rakyat merupakan salah satu materi penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan pada kelas XI IPA-2 semester 1 dan merupakan materi yang masuk dalam standar kelulusan untuk Ujian Nasional pada kelas XII. Kompetensi memilih nilai-nilai dalam dongeng juga sangat penting dikuasai oleh siswa untuk memperluas wawasan dan membangun abjad siswa khususnya memperhalus kecerdikan pekerti siswa.

Kompetensi siswa kelas XI IPA-2 Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Boyolali dalam memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat masih rendah. Hal ini ditunjukan dari hasil ulangan materi memilih nilai-nilai dongeng rakyat yang masih rendah. Persentase kompetensi menentukan nilai keagamaan capaian rata-rata nilai kelas 70,  kompetensi menentukan nilai moral 65, dan kompetensi menentukan nilai sosial 62. Dengan demikian, diharapkan kepedulian dan kreativitas guru meningkatkan kompetensi siswa dalam memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat.

Salah satu hal yang sanggup dipakai untuk meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran yakni media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran yakni teknologi pembawa pesan yang sanggup dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran yang sempurna pada materi memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat sangat diharapkan supaya pelaksanaan pembelajaran sanggup berlangsung efektif dan mencapai tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran sebelumnya guru hanya menekankan pada isi (content) dari dongeng rakyat dan belum memperhatikan proses (process), sehingga acara siswa dalam pembelajaran hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru. Guru belum mengoptimalkan kompetensi akseptor didik dan belum menempatkan diri sebagai pembimbing, mengarahkan, dan menguatkan setiap konstribusi akseptor didik dalam pembelajaran. Siswa hanya menghafal pengertian, jenis-jenis dongeng rakyat, dan unsur-unsur dongeng rakyat dan menggunakannya untuk menuntaskan soal, sehingga keaktifan, perhatian, partisipasi, kesungguhan, dan semangat siswa kurang. Proses pembelajaran yang masih didominasi oleh tujuan level rendah ibarat menghafal pengertian, dan macam-macam dongeng rakyat, unsur-unsur dongeng rakyat dan mengerjakan soal, mengakibatkan siswa kurang berhasil dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat.

Berdasarkan fakta di lapangan,  dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XI IPA-2, penulis mengadakan perubahan dengan memakai media wayang kertas sehingga diharapkan bisa meningkatkan kompetensi siswaSalah satu materi yang dianggap sulit siswa yakni materi menentukan nilai-nilai dalam dongeng rakyat. Kesulitan siswa disebabkan antara lain: (1) rendahnya penguasaan materi nilai-nilai dalam dongeng rakyat, dan  (2) kurangnya pemahaman siswa dalam mengidentifikasi nilai-nilai dalam dongeng rakyat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis merencanakan pembelajaran memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat dengan memakai media wayang kertas. Menurut Briggs (1970), media yakni alat bantu untuk memperlihatkan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sedangkan berdasarkan Djamarah dan Zain (1995) “media yakni alat bantu apa saja yang sanggup dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran”.

B.           Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan persoalan dalam best practice ini yakni sebagai berikut.
1.            Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan memakai media wayang kertas dalam meningkatkan kompetensi menentukan nilai-nilai dalam dongeng rakyat siswa kelas XI IPA-2 Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2016/2017?
2.            Berapa besar peningkatan kompetensi memilih nilai-nilai dalam dongeng pada siswa kelas XI IPA-2 Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 sehabis memakai media wayang kertas? 
C.          Tujuan
Tujuan best practice ini yakni sebagai berikut.
1.            Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan memakai media wayang kertas dalam rangka meningkatkan kompetensi memilih nilai-nilai dalam dongeng pada siswa kelas XI IPA-2 Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.
2.            Mengetahui dampak penggunaan media wayang kertas dalam rangka meningkatkan kompetensi memilih nilai-nilai dalam dongeng pada siswa kelas XI IPA-2 Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. 
D.          Manfaat

Best practice ini diharapkan memperlihatkan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat.

Adapun manfaat best practise ini yakni sebagai berikut.

1.            Manfaat bagi siswa

Penggunaan media wayang kertas diharapkan bisa memberi solusi pada siswa dalam meningkatkan penguasaan materi memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat.

2.            Manfaat bagi guru bahasa Indonesia

Penggunaan media wayang kertas diharapkan bisa memberikan model pembelajaran yang lebih bervariasi untuk meningkatkan kompetensi memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat.

3.            Manfaat bagi sekolah

Penerapan pembelajaran dengan memakai media wayang kertas dapat memberi konstribusi bagi perbaikan proses pembelajaran di sekolah, sehingga mampu meningkatkan kualitas dan prestasi berguru siswa serta sanggup dipakai untuk memajukan prestasi sekolah.


BAB II

IMPLEMENTASI BEST PRACTICE

A.          Alasan Strategi Pemecahan Masalah

Alasan penulis memakai media pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa lantaran media mempunyai beberapa fungsi dalam pembelajaran. Manfaat media pembelajaran berdasarkan Harjanto (1997) adalah: 1) Memperjelas penyajian pesan supaya tidak terlalu verbalistis (tahu kata – katanya, tetapi tidak tahu maksudnya) 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. Dengan memakai media pembelajaran yang sempurna dan bervariasi sanggup diatasi perilaku pasif siswa. 3) Dapat mengakibatkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.

Pemilihan media wayang kertas untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat telah mempertimbangkan prinsip pemilihan media pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan Harjanto (1997) yaitu: tujuan, keterpaduan (validitas), keadaan akseptor didik, ketersediaan, mutu teknis, biaya. Media wayang kertas diharapkan dapat  meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan kompetensi siswa dalam memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat. Media wayang kertas juga gampang di sanggup dan murah harganya.

Penggunaan media wayang kertas sangat diharapkan supaya pelaksanaan pembelajaran sanggup berlangsung efektif dan mencapai tujuan pembelajaran terutama pada kompetensi memilih nilai-nilai dalam cerita. Pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan memakai media wayang kertas siswa akan berinteraksi dengan wayang kertas dan siswa akan dibagi dalam  kelompok-kelompok yang anggotanya mempunyai kompetensi kognitif yang heterogen. Pembagian kelompok didasarkan hasil tes kompetensi awal dengan demikian setiap kelompok mempunyai anggota yang mempunyai kompetensi yang relatif sama. Adanya pembagian kelompok siswa dalam pembelajaran dengan kompetensi awal yang heterogen akan mendorong terjalinnya kekerabatan yang saling mendukung antar anggota kelompok. Siswa yang mengalami kesulitan sanggup bertanya baik kepada siswa lain maupun kepada guru, sehingga diharapkan akan sanggup meningkatkan proses dan hasil berguru yang diperoleh lebih maksimal.

Pembelajaran dengan mengguanakan wayang kertas untuk kompetensi memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat direncanakan terdiri atas 2 siklus dengan masing-masing siklus 2 kali pertemuan  (2 jam pelajaran) dan pada setiap siklus siswa akan diberikan tes kompetensi menentukan nilai-nilai dalam dongeng rakyat.  Berikut ini skema kerangka berfikir disajikan dalam Gambar 1.                     




Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir



B.           Implementasi Strategi Pemecahan Masalah

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran difokuskan pada upaya untuk meningkatkan kompetensi siswa memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat. Secara umum, kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tujuh tahap. Berikut ini kegiatan pembelajaran pada materi menentukan nilai-nilai dalam dongeng rakyat dengan memakai media wayang kertas.

Pada tahap pertama atau pendahuluan, siswa merespon pertanyaan dari guru bekerjasama dengan pembelajaran sebelumnya, mendapatkan warta dengan proaktif wacana keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, dan mendapatkan warta wacana hal-hal yang akan dipelajari dan dikuasai khususnya wacana pembelajaran memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat. Kegiatan tersebut ditunjukkan oleh Gambar 2 dan Gambar 3.


Gambar 2. Siswa mendapatkan warta tujuan pembelajaran



Gambar 3. Siswa mendapatkan warta wacana hal-hal yang akan dipelajari


Pada kegiatan kedua (inti), siswa dalam kelompok-kelompok (tim belajar) yang terdiri 5 – 6 siswa mencermati guru yang menyajikan materi dengan metode memperdengarkan dongeng rakyat dengan memakai wayang kertas dan siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan LKS. Kegiatan tersebut ditunjukan oleh Gambar 4 dan Gambar 5.


Gambar 4.    Siswa mencermati guru yang  mendongeng dengan media wayang kertas (siklus 1)



Gambar 5.    Siswa mempraktikkan mendongeng dengan media wayang kertas (siklus 2)


Pada tahap ketiga (inti), siswa dalam kelompok dengan bimbingan guru berdiskusi untuk memilih nilai-nilai dalam dongeng dengan mengisi Lembar Kerja Siswa. Kegiatan tersebut ditunjukan oleh Gambar 6.

Gambar 6. Siswa berdiskusi dengan bimbingan guru


Tahap keempat (inti), Siswa sebagai perwakilan kelompok yang ditunjuk guru menyajikan hasil pekerjaannya di depan kelas, sementara kelompok yang lain memperhatikan dan memberi tanggapan. Kegiatan tersebut ditunjukan oleh Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9.


Gambar 7. Siswa menyajikan hasil diskusi di depan kelas


Gambar 8. Siswa menanggapi presentasi kelompok lain


Gambar 9. Siswa menanggapi presentasi kelompok lain



Tahap kelima (penutup), siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dengan bimbingan guru. Kegiatan siswa menyimpulkan materi pembelajaran terlihat pada Gambar 10.


Gambar 10. Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan dibimbing guru


Tahap keenam (penutup) siswa melaksanakan penilaian atau penilaian yang dilakukan oleh guru. Kegiatan siswa melaksanakan penilaian terlihat pada Gambar 11 dan gambar 12.


Gambar 11. Siswa melaksanakan evaluasi



Gambar 12. Siswa melaksanakan evaluasi


Tahap ketujuh (penutup) siswa melaksanakan refleksi terhadap pembelajaran dan mendapatkan umpan balik, tugas, dan warta tentang kegiatan pembelajaran selanjutnya. Kegiatan siswa melaksanakan refleksi terlihat pada Gambar 13.


Gambar 13. Siswa melaksanakan refleksi



Setelah pembelajaran dilaksanakan pada siklus I dan tindak lanjut hasil refleksi pada siklus I, dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Perubahan yang dilakukan diantaranya: pada tahap kedua (inti) lebih dimaksimalkan dengan cara siswa yang memanfaatkan media wayang kertas untuk mendongeng. Dengan siswa berinteraksi eksklusif dengan media wayang kertas diharapkan siswa lebih termotivasi pada pembelajaran lantaran siswa mengalami sendiri. Dengan peningkatan motivasi dan pengalaman eksklusif dengan media pembelajaran berupa wayang kertas diharapkan akan meningkatkan hasil pembelajaran yaitu meningkatnya kompetensi siswa dalam memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat.


C.          Hasil atau Dampak yang Dicapai

Penggunaan media wayang kertas di kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali mempunyai dampak sebagai berikut.

1.            Meningkatnya Proses Pembelajaran

Untuk mengetahui dampak penggunaan wayang kertas terhadap proses pembelajaran pada kompetensi memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat, penulis melibatkan sahabat sejawat sebagai pengamat atau observer. Kegiatan pengamatan proses pembelajaran terlihat pada Gambar 14 dan Gambar 15.


Gambar 14. Observer mengamati proses pembelajaran



Gambar 15. Observer mengamati proses pembelajaran


Berdasarkan pengamatan observer pada siklus I, memperlihatkan bahwa penggunaan media wayang kertas pada kompetensi memilih nilai-nilai dalam dongeng pada siswa kelas XI IPA-2 Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Boyolali telah memperlihatkan dampak pada proses pembelajaran yaitu meningkatan perilaku berguru siswa yang mencakup tingkat perhatian, keaktifan, partisipatif, kesungguhan, dan semangat berguru namun belum maksimal. Artinya masuk kategori baik dan masih perlu perbaikan lagi dalam implementasinya. Perbaikan pada tahap kedua yaitu pada penyajian materi pembelajaran dengan media kurang melibatkan siswa dengan media wayang kertas. Hasil refleksi siklus I dijadikan dasar perbaikan pembelajaran pada siklus II. Berdasarkan pengamatan pembelajaran pada siklus II,  menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan media wayang kertas sudah berjalan dengan kriteria sangat baik.

Data hasil pengamatan proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II, disajikan sebagaimana dalam Tabel 1. 

Tabel 1. Peningkatan proses pembelajaran dengan media wayang kertas

No
Aspek Pengamatan
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
        1.
Penuh perhatian
78 %
80 %
95 %
15 %
        2.
Aktif
79 %
81 %
94 %
13%
        3.
partisipatif
80 %
83 %
96 %
13%
       4.
Sungguh-sungguh
78 %
80 %
95 %
15 %
      5.
Semangat
80 %
82 %
95%
13 %
Rata-rata
79 %
81,2 %
95 %
13.8 %
Kategori
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik


Data di atas memperlihatkan bahwa proses pembelajaran dengan memakai media wayang kertas telah terjadi peningkatan skor dari kondisi awal sebesar 79 % menjadi 81,2 % pada siklus I, kemudian menjadi 95% pada siklus II atau dengan kata lain meningkat 13.8 %.

2.            Meningkatnya Kompetensi Menentukan Nilai-Nilai dalam Cerita Rakyat

Hasil penilaian atau tes yang dilaksanakan memperlihatkan bahwa penggunaan media wayang kertas bisa meningkatkan kompetensi siswa dalam memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat. Peningkatan kompetensi siswa tersebut sanggup dilihat dari kenaikan nilai rata-rata kelas. Data selengkapnya terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Peningkatan Kompetensi Menentukan nilai-nilai dalam cerita

No
Peningkatan Kompetensi Menentukan nilai-nilai dalam cerita
Nilai rata-rata kelas
Awal
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
1
Menentukan nilai keagamaan
70,0
78,7
94,4
34,4%
2
Menentukan nilai-nilai moral
65,0
76,9
88,0
36,5%
3
Menentukan nilai-nilai sosial
62,0
75,4
77,2
26,9%
Rata-rata
65.7
77.0
86.5
32,9%

Data di atas menujukkan bahwa kompetensi ke-1 yaitu menentukan nilai-nilai keagamaan dalam dongeng rakyat dari kondisi awal hingga pada siklus II mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dengan peningkatan rata-rata nilai dari 70 pada kondisi awal menjadi 78,7 pada siklus I atau dengan kata lain hasil berguru siswa meningkat 8,7. Hasil pembelajaran makin meningkat pada siklus II dengan peningkatan rata-rata nilai menjadi 94,4 dengan kata lain meningkat lagi 15,7. Sehingga dari kondisi awal hingga pada siklus II terjadi peningkatan 34,4%.

Untuk kompetensi ke-2 yaitu menentukan nilai-nilai moral dalam dongeng rakyat juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dengan peningkatan rata-rata nilai dari 65 pada kondisi awal menjadi 76,9 pada siklus I atau dengan kata lain hasil berguru siswa meningkat 11,9. Hasil pembelajaran makin meningkat pada siklus II dengan peningkatan rata-rata nilai menjadi 88 dengan kata lain meningkat lagi 11,1. Sehingga dari kondisi awal hingga pada siklus II terjadi peningkatan 36,5%.

Peningkatan juga terjadi pada kompetensi ke-3 yaitu menentukan nilai-nilai sosial dalam dongeng rakyat. Hal ini terlihat dengan peningkatan rata-rata nilai dari 62 pada kondisi awal menjadi 75,4 pada siklus I atau dengan kata lain hasil berguru siswa meningkat 13,4. Hasil pembelajaran makin meningkat pada siklus II dengan peningkatan rata-rata nilai menjadi 77,2 dengan kata lain meningkat lagi 1,8. Sehingga dari kondisi awal hingga pada siklus II terjadi peningkatan 26,9%.

Secara keseluruhan, peningkatan kompetensi siswa kelas XI IPA-2 Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 dalam memilih nilai-nilai keagamaan, moral, dan sosial dalam dongeng rakyat dengan memakai media wayang kertas dari kondisi awal ke siklus I dan ke siklus II sebesar 32,9%.

D.          Kendala-Kendala yang Dihadapi

Kendala yang dihadapi pada ketika penerapan pembelajarn dengan memakai wayang kertas untuk materi pembelajaran memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat adalah: (1) belum terbiasanya siswa dalam melaksanakan menemukan sendiri suatu kosep, sehingga peneliti perlu mengefektifkan diskusi siswa dan memperlihatkan aksesori klarifikasi secara klasikal untuk memperkuat konsep; (2) acara siswa pada tahap menyajikan hasil diskusi dan menanggapi hasil diskusi kelompok lain masih kurang maksimal lantaran siswa belum terbiasa memberikan gagasan di depan teman-temannya sehingga peneliti perlu memperlihatkan bimbingan kepada siswa bagaimana mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

E.           Faktor-Faktor Pendukung

Beberapa faktor pendukung sebagai penguat penerapan pembelajaran dengan memakai media wayang kertas di antaranya: (1) sekolah sangat mendukung setiap jadwal yang dibentuk guru untuk pengembangan diri, sehingga memudahkan guru dalam menyebarkan sumber daya yang dimiliki secara optimal; (2) penelitian ini dibantu dan dukung sahabat sejawat dalam mengamati proses pembelajaran dengan memakai media wayang dan (3) siswa yang antusias dalam melaksanaakan pembelajaran dengan memakai media wayang kertas sehingga pembelajaran sanggup berlangsung dengan baik.

  
BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL

A.      Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada cuilan sebelumnya, maka kesimpulan best practice ini yakni sebagai berikut.

1.      Pelaksanaan pembelajaran dengan memakai media wayang kertas pada siklus I sanggup terealisasi dengan kategori baik dengan skor rata-rata 81,2 % dan meningkat menjadi sangat baik dengan rata-rata 95 % pada siklus II atau dengan kata lain meningkat 13,8 %. Dengan demikian pembelajaran dengan memakai media wayang kertas layak dipakai sebagai model pembelajaran.

2.      Pembelajaran dengan memakai media wayang kertas bisa meningkatkan kompetensi memilih nilai-nilai dalam cerita. Ini ditunjukan peningkatan, kompetensi memilih nilai keagamaan meningkat 34,4% kompetensi memilih nilai moral meningkat 36,5%, dan memilih nilai sosial meningkat 19,7%. Secara keseluruhan peningkatan kompetensi memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat sebesar 26,9%.
B.           Rekomendasi Operasional

Dari hasil penelitian pembelajaran dengan memakai media wayang kertas pada materi memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat, penulis memperlihatkan rekomendasi sebagai berikut.

1.            Pada pembelajaran dengan memakai media wayang kertas diharapkan memperhatikan alokasi waktu pada setiap tahapan terutama pada tahap siswa berdiskusi dan menyajikan hasil lantaran waktu yang dibutuhkan lebih usang dari tahapan lainya.

2.            Pada tahapan siswa berdiskusi untuk memilih nilai-nilai dalam dongeng rakyat, guru hendaknya memberi bimbingan pada siswa secara intensif supaya siswa lebih efektif memanfaatkan waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Briggs, L. 1970. Principles of Constructional Design. New York: Holt, Rinehartand Winston.

Depdiknas. 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Permendiknas No. 41 tahun 2007.

Djamarah, S. B. dan Zain, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Schramm, Wilbur. 1977. Asas-asas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Grasindo.

Yunus, Ahmad, dkk. 1990. Kajian Analisis Hikayat Budistihara. Jakarta: Dapdikbud.

POSTINGAN TERKAIT
BACA BAGIAN AWAL (COVER) BEST PRACTICE DI SINI
BACA CONTOH RISALAH AKADEMIK BABAK FINAL OGN 2016 DI SINI
BACA BAHAN PERSIAPAN LENGKAP OGN (SOAL DAN MATERI) DI SINI





0 Response to "Best Practice Babak Akibat Ogn 2016 (Bagian Isi)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel