-->

Iklan

Ringkasan Bahan Un 2017 Bahasa Indonesia Sma : Membaca Sastra


RINGKASAN MATERI UN BAHASA INDONESIA SMA



LINGKUP MATERI MEMBACA SASTRA

Membaca teks sastra merupakan Keterampilan memperoleh isu mengenai isi teks sastra, baik tersirat maupun tersurat. Dalam memahami teks sastra ini, penerima didik dituntut untuk mengaktifkan daya imajinasi dan kreativitasnya supaya sanggup memahami isi teks sastra. Teks sastra yang menjadi materi kajian ialah puisi usang dan puisi baru, prosa (hikayat, cerpen, novel), dan drama. Berikut ini diuraikan kompetensi membaca teks sastra disertai pola soal sesuai dengan level membaca teks sastra.

Tabel Level Kognitif dan Kompetensi Membaca Teks Sastra.

No
Level Kognitif
Kompetensi
1
Pengetahuan dan Pemahaman
a. mengidentifikasi dan memaknai kata simbolik/majas/kias dalam karya sastra
b. memaknai isi tersurat dalam karya sastra
2
Aplikasi
menyimpulkan isi tersirat dalam cerpen/novel (konflik, alasannya ialah konflik, akhir konflik, amanat, nilai-nilai)
3
Penalaran
a.    membandingkan isi, pola penyajian, dan bahasa karya sastra
(berdasarkan gaya, tema, unsur)
b.    menganalisis kekerabatan antarbagian karya sastra
c.    membuktikan simpulan dengan data pada karya sastra (bukti watak, setting, nilai)
d.   mengaitkan isi dengan kehidupan ketika ini
e.    menilai keunggulan/kelemahan karya sastra
f.     meringkas isi karya sastra



  1. Level Pengetahuan dan Pemahaman
    Level pengetahuan dan pemahaman dikategorikan level rendah dalam Keterampilan membaca. Pada level ini penerima didik dituntut sanggup mengidentifikasi dan memaknai isu faktual dan konseptual sederhana.

  1. mengidentifikasi dan memaknai kata simbolik/majas/kias dalam karya sastra
    Karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan, dan impian pengarang lewat bahasa. Penulis mengungkapkan perasaan, pikiran, dan idenya dengan bahasa yang khas berupa kata simbolik,  majas/gaya bahasa, dan kata kias.
    Kata simbolik atau kata kias ialah kata yang melambangkan makna tertentu. Sebagai contoh, bunga melambangkan kecantikan/ gadis, api lambang kemarahan, dan baja lambang kekuatan atau ketangguhan.
    Majas atau gaya bahasa ialah cara khas pengarang dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya melalui karyanya.
    Berikut ini disajikan beberapa pola gaya bahasa.

NO
Jenis Majas
Definisi/Ciri
Contoh
1.       
Personifikasi
perbandingan yang melukiskan benda mati seperti hidup

Banjir bandang telah menelan korban manusia.

2.       
Metafora
perbandingan yang implisit tanpa kata pembanding.

Kapan Anda bertemu dengan kembang desa itu?

3.       
Hiperbola
majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan

Suaranya menggelegar membelah angkasa.

4.       
ironi
majas yang menyatakan makna yang bertentangan atau sebaliknya dengan maksud menyindir
Pagi benar engkau datang, gres pukul delapan

5.       
Pleonasme
majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sesungguhnya tidak perlu dikatakan lagi /mubadzir.
Salju putih sudah mulai turun ke bawah.

6.       
Repetisi
majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Kita junjung beliau sebagai pemimpin, kita junjung beliau sebagai pelindung, kita junjung beliau sebagai pembebas kita.
7.       
Antitesis
majas kontradiksi yang melukiskan sesuatu dengan meng- gunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.
Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukan-lah suatu ukuran nilai seorang wanita.
8.       
Paradoks
majas kontradiksi yang melukiskan sesuatu seperti ber tentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak lantaran objeknya berlainan.
Hidupnya mewah, tetapi tidak bahagia.

9.       
Perumpamaan
perbandingan dua hal dengan menggunakan kata-kata perbandingan (bagaikan, seperti, dsb.)
Gadis itu sangat bagus bagaikan bidadari

10.   
Litotes
majas yang menyatakan berlawanan, memperkecil, atau memperhalus keadaan.
Terimalah pemberian yang tidak berharga ini.

11.   
Metonimia
majas yang menggunakan nama ciri atau hal yang ditautkan dengan
orang, barang sesuai penggantinya
Dia ke Jakarta naik Garuda

12.   
Sinekdok  Parsprototo
penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan
Saya tidak melihat batang hidungnya
13.   
Sinekdok Totem Protaparte
penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian.
Indonesia meraih medali emas dalam pertandingan itu.
14.   
Alusio
majas yang menunjuk secara tidak eksklusif ke suatu insiden dengan menggunakan peribahasa
Menggantung asap saja kerjamu semenjak tadi. (membual, omong kosong)
15.   
Eufeumisme
majas yang halus sebagai pengganti ungkapan

Pemerintah mengadakan pembiasaan harga BBM, (menaikkan)



  1. Memaknai Isi Tersurat dalam Karya Sastra
    Memaknai isi tersurat dalam karya sastra ialah memaknai apa yang secara terang atau eksplisit yang terdapat di dalam kalimat-kalimat yang tertulis di dalam teks sastra.
    isi tersurat dalam karya sastra sanggup dilihat dari unsur-unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik karya sastra merupakan unsur pembangun atau pembentuk karya sastra. Karya sastra terdiri atas prosa, drama, dan puisi. Karya sastra yang berbentuk prosa mencakup novel, cerpen, roman, atau novelet.
    Unsur intrinsik cerpen yang lain sebagai berikut.
    1. Tema  : pokok pikiran cerita.
    2. Amanat          : pesan yang ingin disampaikan penulis.
    3. Alur   : rangkaian insiden yang  membentuk          cerita. 
    4. Perwatakan : cara pengarang menggambarkan tabiat tokoh.
    5. Latar : merupakan keterangan tempat, waktu, dan suasana terjadinya insiden dalam   cerita.
    6. Gaya bahasa: corak pemakaian bahasa.
    7. Sudut pandang: Posisi pengarang dalam cerita.



  1. Level Aplikasi
    Level aplikasi merupakan Keterampilan penguasaan konsep sastra dan penerapannya untuk memahami teks sastra. Peserta didik dituntut kemampuan menerapkan konsep sastra yang dikuasainya untuk memahami teks sastra yang mencakup menyimpulkan isi tersirat dalam cerpen/novel (konflik, alasannya ialah konflik, akhir konflik, amanat, nilai-nilai).
    Menyimpulkan isi tersirat ialah menyimpulkan isi yang tersembunyi atau tidak tertulis dalam teks sastra (cerpen, novel, dan sebagainya).

  1. Menyimpulkan Konflik, Sebab Konflik, dan Akibat Konflik dalam Cerita
    Konflik dalam sebuah dongeng merupakan potongan yang memberikan adanya kontradiksi dalam cerita. Biasanya koflik terjadi lantaran adanya benturan atau ketidakserasian, baik dengan dirinya atau dengan tokoh lain.
    Ada beberapa jenis konflik dalam sebuah cerita, di antaranya adalah

  1. Konflik tokoh dengan tokoh lain.
  2. Konflik tokoh dengan dirinya sendiri.
  3. Konflik tokoh dengan lingkungan atau budayanya.
    Sebelum terjadi koflik dalam cerita, biasanya pengarang akan menyajikan insiden atau hal yang menjadikan terjadinya konfli atau yang disebut alasannya ialah konflik. Konflik kemudian diikuti oleh insiden atau hal yang diakibatkan atau ditimbulkan sehabis terjadinya konflik atau yang disebut akhir konflik.

  1. Menyimpulkan amanat cerita
    Amanat ialah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
    Tips Menentukan Amanat Cerita:

  1. Untuk hal-hal yang baik, pembaca diajak/dihimbau untuk melaksanakan (biasanya ditandai dengan kata kerja berpartikel –lah). Misalnya, pedulilah, bantulah, dan sebagainya.
  2. Untuk hal-hal negatif, pembaca dihimbau untuk tidak melaksanakan (biasanya ditandai dengan penggunaan kata jangan).

  1. Menyimpulkan Nilai-Nilai dalam Cerita
    Nilai ialah sesuatu yang penting atau hal-hal yang bermanfaat bagi insan atau kemanusiaan yang menjadi sumber ukuran dalam sebuah karya sastra.
    Macam-macam nilai dalam karya sastra antara lain sebagai berikut.

    1. Nilai sosial/kemasyarakatan, yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan kekerabatan antar manusia. Misalnya, sifat yang suka memperhatikan kepentingan umum (menolong, berderma, dan lain-lain).
    2. Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan pikiran, budi budi, kepercayaan, kesenian, dan susila istiadat suatu daerah yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Misalnya, upacara pernikahan, upacara kematian, dan sebagainya.
    3. Nilai moral/budi pekerti, yaitu nilai yang berkaitan dengan perbuatan yang baik (positif) dan perbuatan tidak baik (negatif). Misalnya, berbakti pada orang bau tanah (positif) dan durhaka (negatif), menepati akad (positif) dan ingkar akad (negatif), dan sebagainya.
    4. Nilai religi/keagamaan, yaitu nilai yang berkaitan dengan ajaran-ajaran agama. Misalnya, melaksanakan ibadah, puasa, zakat, dan sebagainya.


  1. Level Penalaran
    Level penalaran dikategorikan level tinggi dalam keterampilan membaca. Pada level ini mengharuskan penerima didik untuk melaksanakan analisis, evaluasi, sintesis apa yang dibacanya. Pada level ini siswa dituntut bisa :

    1. membandingkan isi, pola penyajian, dan bahasa karya sastra (berdasarkan gaya, tema, unsur)
    2. menganalisis kekerabatan antarbagian karya sastra
    3. membuktikan simpulan dengan data pada karya sastra (bukti watak, setting, nilai)
    4. mengaitkan isi dengan kehidupan ketika ini
    5. menilai keunggulan/kelemahan karya sastra
    6. meringkas isi karya sastra

Di bawah ini akan diuraikan kemampuan yang harus dimiliki oleh penerima didik dalam membaca teks sastra pada level penalaran.

    1. Membandingkan Isi, Pola Penyajian, dan Bahasa Karya Sastra (Berdasarkan Gaya, Tema, Unsur)
      Membandingkan isi, pola penyajian, dan bahasa karya sastra artinya memilih persamaan dan atau perbedaan antara karya sastra satu dengan lainnya. Karya sastra yang dibandingkan sanggup antara jenis teks yang berbeda (misalnya antara cerpen dan novel) maupun jenis teks yang sama (misalnya sama-sama cerpen atau sama-sama pantun).
      Contoh perbandingan antara dua teks sastra yang berbeda jenisnya.

Karakteristik cerpen
Karakteristik Novel (modern).
1.  Struktur ceritanya pendek sehingga sanggup dibaca dalam sekali duduk (setengah hingga dua jam).
2. Alur dalam cerpen pada umumnya tunggal, hanya satu urutan insiden yang diikuti hingga insiden berakhir.
3. Tema dalam cerpen hanya satu.
4. Tokoh-tokoh dalam cerpen diceritakan terbatas (singkat, tidak detail).
5. Latar dalam cerpen tidak memerlukan detail-detail khusus, contohnya menyangkut keadaan daerah dan sosial. Cerpen hanya memerlukan pelukisan latar secara garis besar atau secara implisit.
1. Gaya bahasa lebih lugas.
2. Alur yang dipakai umumnya alur campuran.
3. Amanat tidak secara eksklusif disampaikan oleh pengarang.
4. Tema yang dipakai lebih luas.





                        Contoh perbandingan teks sastra yang sejenis

Karakteristik Novel Angkatan 20-an
Karakteristik Novel Angkatan 30-an
1. lsi novel menggambarkan kontradiksi paham antara kaum bau tanah dan kaum muda.
2. lsi novel menampilkan problem kawin paksa.
3. Isi novel menggambarkan jiwa kebangsaan belum maju.
4. Gaya bahasa dalam novel lebih sering meng-gunakan syair, pantun, dan pepatah.
1. Pengarang lebih bebas memilih nasib karya sastranya sendiri.
2. isi novel menampilkan problem yang dihadapi rnasyarakat kota,
3. Novel Angkatan 30-an menggambarkan cara menggunakan kebebasan dan fungsi kebebasan dalam masyarakat.
4, Novel Angkatan 30-an tidak menggunakan pepatah. Bahasa dalam novel lebih sering menggunakan ungkapan.



    1. Menganalisis Hubungan Antarbagian Karya Sastra
      Menganalisis kekerabatan antarbagian karya sastra artinya mencari kekerabatan antara unsur –unsur pembangun karya sastra baik unsur intrinsic maupun unsur ekstrinsik karya sastra.
      Misalnya, kekerabatan antara tabiat tokoh dengan setting cerita.

    2. membuktikan simpulan dengan data pada karya sastra (bukti watak, setting, nilai)
      Membuktikan simpulan data pada karya sastra artinya menyimpulkan unsur-unsur dalam karya sastra menyerupai tabiat tokoh, setting, dan nilai-nilai dalam karya sastra berdasarkan  kata/kalimat/paragraf dalam karya sastra.
    3. mengaitkan isi dengan kehidupan ketika ini
      Isi karya sastra merupakan potret kehidupan masyarakat. Nilai-nilai dalam karya sastra berafiliasi dekat dengan nilai-nilai dalam kehidupan nyata di masyarakat. Bahkan nilai-nilai dalam karya sastra usang (gurindam, hikayat, dan sebagainya). tetap relevan dengan kehidupan masyarakat ketika ini.

      5.  menilai keunggulan/kelemahan karya sastra
      Menilai keunggulan karya sastra artinya memilih kebaikan/kelebihan suatu karya sastra. Menilai kelemahan karya sastra artinya menilai kelemahan suatu karya sastra.

Penilaian terhadap suatu karya sanggup disampaikan melalui resensi, kritik, dan esai. Resensi ialah goresan pena berisi ulasan, per-timbangan, atau pembicaraan suatu karya (sastra, nonsastra, film, dan drama) dengan tujuan untuk memberikan isu kepada pembaca terhadap sebuah karya, patut menerima sambutan atau tidak. Resensi buku atau karya sastra berisi informasi­informasi berikut.

  1. Identitas buku (judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal halaman).
  2. Sinopsis, unsur ekstrinsik, intrinsik (untuk buku fiksi), dan citra isi buku (untuk nonfiksi).
  3. Nilai buku (kelebihan dan kekurangan buku).
  4. Keterbacaan atau kecocokan pembacanya.

Kritik sastra merupakan penilaian baik jelek terhadap karya sastra. Kritik sastra menyerupai resensi. Akan tetapi, kritik sastra lebih ilmiah daripada resensi. Kritik sastra sanggup menilai isi, bentuk, atau insiden yang terdapat dalam sastra. Esai membahas masalah sesuai dengan pendapat penulis. Jadi, satu masalah sanggup ditulis menjadi esai berbeda. Esai cenderung sederhana, padat, dan fokus kepada masalah. Kalimat-kalimat esai menggunakan kalimat bersifat pribadi. Kalirnat dalam esai bergantung kepada kekhasan penulis bersangkutan.



  1. Meringkas Karya Sastra
    Meringkas artinya menyajikan secara lebih singkat atau pendek yang berisi hal-hal penting suatu cerita. Bentuk ringkas dari sebuah dongeng (misalnya, novel dan drama) disebut dengan synopsis.

0 Response to "Ringkasan Bahan Un 2017 Bahasa Indonesia Sma : Membaca Sastra"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel